Selasa, 25 Desember 2007

Tanda Peringatan & Perkembangan Anak

Hari ini kerjaan agak longgar, jadi saya sempatkan browsing sebentar cari-cari inspirasi untuk menambah artikel di blog "Seputar Balita". Setelah menyimak sebuah website yang mengupas tentang perkembangan balita timbul inspirasi untuk membuat post baru tentang Tanda Peringatan & Perkembangan Anak. Tanda-tanda perkembangan yang saya maksud misalnya umur berapa seharusnya si kecil sudah mampu menahan kepala, usia berapa si kecil mulai bisa tersenyum dan merespon terhadap suara-suara yang Anda keluarkan. Untuk Ibu-ibu muda artikel ini perlu Anda baca, soalnya dulu saya sempet panik melihat bayi tetangga sudah bisa tersenyum pada usia 2 bulan sedangkan Aby (anak saya) belum ada ekspresi apa-apa pada usia yang sama.
Niat untuk merangkup tema tersebut lebih detail saya urungkan karena ternyata si Empu-nya website Taufan Surana sangat baik hati membuat EBooklet gratis tentang tema tersebut yang setelah saya baca cukup lengkap isinya. Nah, buat para Netter yang mau mampir ke blog saya dengan senang hati saya persilahkan para Netter membaca sendiri saja ya........... he.. he.. he.. (Dasar Nuning!! masa suruh baca sendiri??). Maaf soalnya saya gak punya banyak waktu untuk menulis kembali, gampang kok caranya tinggal Klik disini aja, gak pake lama n gak pake bayar kok, alias gratis !! Asalkan komputer para Netter punya program Pdf-nya. Selamat menyimak.Terima kasih

Kamis, 20 Desember 2007

Ungkapan Emosi Anak (Temper Tantrum)

Anda sering melihat beberapa anak teman Anda atau bahkan anak anda sendiri mengungkapkan emosinya dengan cara berteriak-teriak saat meminta sesuatu, menendang, memukul, membanting mainannya, atau berteriak-teriak sambil menangis di tengah keramaian. Ungkapan emosi seperti itulah yang disebut dengan Temper Tantrum.
Meskipun hal tersebut sebaiknya jarang terjadi , namun temper tantrum sebenarnya JANGAN DIPANDANG SEBAGAI SESUATU YANG NEGATIF karena dalam periode pertumbuhan anak usia satu sampai tiga tahun hal tersebut termasuk normal.
PENYEBAB TANTRUM
Ada beberapa penyebabnya yaitu :
  1. lelah
  2. anak merasa lapar
  3. anak merasa tidak nyaman pada suatu kondisi
  4. anak merasa frustasi, misalnya tidak mendapatkan yang diinginkan.
Telah disebutkan diatas bahwa salah satu penyebab anak mengalami Temper Tantrum adalah karena frustasi hal ini yang biasanya terjadi apabila anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Namun demikina Frustasi pada anak janganlah dianggap sesuatu yang negative dan tidak dapat diterima karena sebenarnya justru ia akan belajar mengenal orang lain, objek atau dirinya sendiri.
Seiring dengan bertambahnya usia anak maka ia akan mulai membangun rasa percaya dirinya. Ia ingin belajar mandiri untuk mengekspresikan dirinya dan untuk menguasai lingkungan disekitarnya lebih dari yang sebenarnya mampu ia atasi. Anak akan merasa aku bisa melakukan sendiri atau aku ingin itu, atau berikan itu padaku. Ketika usia balita anak mulai menyadari bahwa ia tidak dapat melakukannya sendiri dan tidak mendapatkan semua yang diinginkan, terbentuklah tantrum. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Temper Tantrum pada anak adalah bahwa dengan ungkapan emosi yang cenderung menggebu-gebu atau meledak-ledak anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit apabila ia tidak mengeskpresikannya.
Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati. JIKA ORANGTUA MENGIJINKAN SEORANG ANAK MELAKUKAN SESUATU ATAU MENDAPATKAN APA YANG DIINGINKANNYA SETELAH TANTRUM, HAL ITU SAMA SAJA DENGAN MENYETUJUI TANTRUM DAN MENGAJARKAN ANAK BERTINDAK AGRESIF.
Kekeliruan dalam menyikapi Tantrum, orangtua akan kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.
MENCEGAH TANTRUM
Seperti semboyan penyakit “lebih baik mencegah daripada mengobati” maka cara paling ampuh mengatasi tantrum adalah dengan MENCEGAHNYA. Berikut tips agar anak terhindar dari perilaku Temper Tantrum :
  1. Pastikan anak Anda tidak kekurangan perhatian. Sering kali ada anggapan bahwa perhatian yang negative (respon salah orangtua terhadap perilaku tantrum) lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Tetapi Alangkah lebih baik untuk senantiasa mencoba mempertahankan kebiasaan untuk berlaku positif, dalam arti memberi penghargaan jika mereka bersikap baik.
  2. Mengenali sifat dan kebiasaan anak Anda. Luangkan waktu untuk menemani mereka belajar dan bermain, ini akan menunjukkan kepada mereka bahwa orangtuanya peduli dan memiliki perhatian terhadap kegiatannya.
  3. Evaluasi pula cara Anda mendidik anak selama ini, apakah terlalu memanjakan, menuruti segala kemauannya, terlalu melarang, atau Anda sering tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan?
Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan SERINGKALI MELARANG ANAK UNTUK MELAKUKAN AKTIVITAS YANG SEBENARNYA SANGAT DIBUTUHKAN ANAK, JANGAN HERAN JIKA ANAK AKAN MUDAH TANTRUM JIKA KEMAUANNYA TIDAK DITURUTI.
MENGHADAPI TANTRUM
Anda harus selalu ingat, bahwa yang paling penting saat menghadapi anak yang tantrum, apapun sebabnya, TETAPLAH TENANG. Menunjukan perasaan bahwa Anda frustasi (meneriaki anak, membentak mencubit dll) saat menghadapi si anak tantrum justru akan memperumit perumit masalah. Anak akan merasakan emosi orangtua yang naik, hal itu bisa menyebabkan emosi anak ikut meningkat sehingga tantrum semakin menjadi. SEORANG ANAK YANG SEDANG MENGALAMI TANTRUM TIDAK DAPAT MENERIMA BUJUKAN. Ia justru akan merespons negatif tindakan Anda, jangan pula mengacuhkan. YANG TERBAIK ADALAH MEMBIARKANNYA dan Anda bisa tetap berada disampingnya, peluk atau gendonglah anak Anda dengan penuh cinta, hal itu dapat membantunya menenangkan diri. Jika Tantrum terjadi di tempat umum, bawalah anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Saat anak Anda mengalami tantrum, jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau orang lain disekitarnya. Apabila anak mulai memukul atau menyakiti orang-orang disekitarnya termasuk Anda, jauhkan anak dari teman-temannya dan jauhkan diri Anda dari si anak. Selama anak belum tenang, jangan memberikan nasehat atas tindakannya, tetapi fokuslah untuk menenangkan dirinya. Tentunya anda mengatakannya tanpa emosi ataupun bernada memarahinya. Sebagai orangtua Anda perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi tantrum. Pada saat tenang, dalam situasi nyaman bagi orangtua dan anak, Anda perlu mengajarkan nilai-nilai kepada anak agar ia tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Diambil dari Ayahbunda-Online@yahoogroups.comPosted by Shinta KusumawatiSun, 27 Aug 2006

Selasa, 18 Desember 2007

Si Kecil tidak nafsu makan???

Problem Makan bagi manusia (Eating Problem) tidak hanya menyerang kaum wanita atau orang-orang yang bermasalah dengan berat badan tetapi juga hinggap pada sebagian besar anak kecil. Pada Anak-anak "Eating problems" biasanya diawali saat peralihan dari makanan cair ke makanan padat. Beberapa Dokter merenferensi bahwa si kecil baru dapat diperkenalkan dengan makanan tambahan pada usia mulai 4 bulan. Si Kecil perlu belajar mengecap dan mengunyah, bukan lagi menghisap. Beberapa menu perlu diperkenalkan terlebih dahulu (dicoba sedikit demi sedikit dulu) agar perut si kecil tidak kaget sehingga saat tepat berkenalan dengan menu baru ketika si kecil telah siap (dilihat dari perkembangannya) dan berikan saat si kecil benar-benar merasa lapar. Kelebihan camilan yang mengandung gula menjelang waktu makan, menghambat selera makan. So...... hindari memberi si kecil yang manis-manis apabila waktu makan tiba!!.
Bila berhasil melewati masa pemberian makanan tambahan (pendamping), dan anak menyukai semua jenis menu orang dewasa, berat badan dan tingginya normal, vitamin-mineral ekstra tidak lagi diperlukan.
Ajarkan anak menyukai berbagai jenis makanan. Pola makan anak perlu belajar dipandu oleh rasa lapar. Bila makan tak habis atau menolak makan berarti sudah kenyang. Mungkin asupan kalorinya sudah berlebih. Memaksakan anak menghabiskan makanan di piring makannya bisa menimbulkan persoalan emosi. Nafsu makan akan berkurang kalau emosi terganggu. Anak perlu suasana makan menyenangkan selain keaneka-ragaman bentuk dan warna hidangan
Berikut Tips dari dr Soeroyo Machfudz SpA(K) MPH dari Yogyakarta memberikan beberapa kiat yang bisa dimanfaatkan:
  1. Bagi ibu yang bekerja, luangkan waktu sebentar saja tetapi berkualitas untuk menyuapi anaknya. Sebab, sebenarnya anak-anak sangat mengerti bila ibunya bekerja.
  2. Berikanlah kepuasan psikis kepada anak yang sesuai dengan usianya, dan buatlah agar suasana hatinya senang, misalnya anak makan sambil jalan-jalan, melihat kereta api, dan lain-lain. Problem utama anak susah makan itu 6 bulan sampai 2 tahun. ''Asal usia itu terlewati dengan bagus, Insya Allah ke depannya tidak ada masalah.'', tutur Soeroyo.
  3. Pada saat orang tua baik ibu maupun ayahnya pulang kerja, pertama kali yang harus dipegang atau disapa adalah anaknya. Jangan yang lain.
  4. Jangan memaksa anak makan sampai mencekoki, mencubit atau bahkan memelototi. Bagaimana bila anak tidak mau sayur, tahu-tempe, dan makanan bergizi lainnya? Soeroyo menyarankan sebaiknya anak 'dilaparkan' dulu. ''Tetapi, kita siapkan makanan yang sudah kita programkan, nanti berangsur-angsur dia akan mau, tetapi memang perlu telaten, disiplin.'', jelas dia.
  5. Sebaiknya sedini mungkin kita menerapkan penghargaan dan hukuman yang edukatif. Misalnya, pada waktu anak mau makan dipuji, diajak jalan-jalan, ciuman, pelukan. Bila tidak mau makan, katakan, misalnya, ibu atau ayah tidak mau lihat televisi bersama-sama, tidak mau jalan-jalan lagi.
  6. Pada anak berusia setelah empat bulan-enam bulan, baik diberi bubur instan asalkan anak tak alergi susu. Setelah anak berusia enam bulan, lebih bagus membuat bubur sendiri, karena ada macam-macam pilihan sayuran dan lauk-pauk yang bisa mengurangi kejenuhan rasa. Misalnya, hati dengan bayam, kemudian wortel dengan tempe, kangkung dengan tahu, dan sebagainya. Namun, bila dengan makanan tersebut anak mengalami diare atau muntah maka menu harus dievaluasi.
  7. Pada saat bayi mengalami perubahan makanan seperti enam bulan, sembilan bulan satu tahun, dia akan merasa-rasakan karena rasanya aneh sehingga kadang dimain-mainkan seperti dimuntahkan, ini harus dimasukkan lagi. Prinsipnya bila makanan tersebut dimuntahkan, harus sedikit-sedikit dan makanannya harus lebih cair lagi. 8. Pada kasus anak yang mengalami gangguan psikis yang manifestasinya pada lambung dengan muntah bisa teratasi kira-kira setelah tiga tahun. Tetapi, kasus seperti itu jarang dan tidak menjadi masalah asal kebutuhan gizi, kalori, lemak, proteinnya tercukupi.
(sumber : republika.co.id)

Kamis, 13 Desember 2007

Abyasa Saifaji

Abyasa Saifaji adalah anak pertama ku, lahir di Jakarta tanggal 11 Juni 2005 di rumah sakit Mulia. Waktu Lahir beratnya 3.2 kg......ganteng lho?! Hidungnya mancung. Saat ini usianya menginjak 2.5 tahun sudah mulai nakal dan sudah bisa protes. Sejak umur 4 bulan aku dan suami ku punya hobby mengabadikan dia baik melalui foto atau rekaman video singkat.

Karena Aby anak pertama kami berdua selalu khawatir apabila dia kenapa-kenapa. Ayahnya sering khawatir kepalanya nanti "peang" klo aku selalu gendong Aby dengan tangan kanan.
Sedikit-sedikit badannya kami "bedong" takut kakinya, memang 3 bulan pertama sempet dibuat stress....karena khawatir ini itu.
Sempat Aby mengalami fase dimana dia tidak nafsu makan....aduh kita khawatir banget apalagi berat badannya sejak umur 10 bulan tidak pernah naik.
Sekarang sih nafsu makannya sudah membaik (selalu habis) hanya saja yang masih menjadi bahan pertanyaanku....kenapa badannya tidak kunjung gemuk??